Saturday, December 5, 2015

Apakah seorang Jago Jualan itu Jago Nawar? Keteladan Mental Kaya


Apakah seorang Jago Jualan itu Jago Nawar?

Pada suatu seminar Ippho Santosa, Mas Ippho menceritakan tentang Bagaimana menganjurkan muslim itu harus kaya agar lebih bisa bermanfaat karena nabi Muhammad SAW dan sahabat terdekatnya juga kaya. Nabi miskin selama 3 tahun jadi kalau kita miskin lebih 3 tahun katanya kebangetan, perlu ada yang diubah strategi hidupnya.

Ah yang benar bukankah yang diceritakan ustad nabi kebanyakan hidup miskin? Nabi hidup miskin selama 3 tahun kemudian kehidupannya terus meningkat setelah ikut dagang dengan pamannya dan semakin berkembang setelah menikah dengan siti khadijah dan semakin berkembang setelah menjadi pemimpin Negara. Karena ada hak bagi pemimpin dan pengurus Negara yang jumlah tidak sedikit.

Cuma seperti mental kaya yang dibilang mas Ippho, mental kaya lebih suka hidup sederhana dan sering berbagi dan sedekah. Ya bukan berarti nabi miskin setelah jadi pemimpin Negara Rosulullah lebih memilih hidup sederhana dan berbagi. Kalau ada urusan yang penting yang berhubungan dengan keuangan dan menyangkut masalah umat berapun harganya nabi akan membelinya. Ya karena nabi memang kaya. Tapi banyak ustad yang sering lebih mengekpose nabi yang saat miskin sehingga terpengaruh untuk miskin juga jamaahnya. 

Kalau di Negara- Negara muslim timur berbeda tidak hanya mengekpose nabi yang miskin tapi pada saat kaya juga. Contoh sederhana bahwa nabi kaya adalah memiliki unta yang terbaik, ingat jaman dulu unta itu seperti symbol kekayaan jaman sekarang seperti merk mobil. Ada merk mobil Ferarri (kuda), Lamborghini (Bison) jadi kalau diibaratkan unta nabi itu seperti Ferrari yaitu unta terbaik. 

Selanjutnya pedangnya juga pedang terbaik terbuat dari emas, bisa dilihat di museumnya. Masa pedang nabi KW apalagi ada buatan Made in China bisa loyo pasukan ntar saat perang. Ketika berhubungan dengan sesuatu yang diperlukan maka nabi tidak segan-sega mengeluarkan hartanya karena nabi kaya dan mampu. 

Ini juga menular kepada sahabat-sahabat nabi terdekat yaitu  seperti Abu bakar.  Waktu itu Abu Bakar bertemu seorang budak yang sedang disiksa oleh kafir Qurays. Karena tidak tega dan paham manfaat (pahala) membebaskan budak sangat besar maka Abu bakar tanpa basa-basi langsung melakukan jual beli untuk bisa membebaskan budak tersebut. 

Ingat dulu budak adalah seperti barang jadi menggunakan prinsip sepert jualan. Lantas apa yang terjadi? Pedagang budak tersebut tahu bahwa Abu Bakar ingin membebaskannya, lantas dengan sengaja pedagang tersebut memahalkan harga budaknya. Tapi Abu Bakar tetap membelinya tanpa tawar-menawar walau dimahalin.

Mas Ippho memplesatkannya dengan bilang, memang situ beli harus tawar-menawar dulu keburu mati tuh budak. Pedagang tersebut kemudian memanas-manasin Abu Bakar “Budak ini murah bro tapi ane mahal-mahalin harganya” Abu Bakar kemudian bilang “Ente aja yang jual kemurahan ente mahalin lagi ane beli”. Coba anda, belanja ke pasar, pas tahu bisa beli barangnya lebih murah di toko sebelah Pasti nyesek banget (padahal beda dikit bingit) “Duh kenapa tidak ke toko itu”, kepikiran terus. (Mas Ippho Bilang Riwayat hidup orang miskin ya gitu wkwkwk)

Selanjutnya Sahabat Utsman, Beliau membeli mata air. Kalau sekarang ibarat membeli satu perusahaan air seperti Aqua. Karena paham manfaatnya tanpa tawar-menawar langsung dibeli, Beda kalau orang miskin pasti tawar-menawar dulu. Ketika harganya dinaikan oleh pemilik mata air, Utsman tetap mau membeli, dinaikin lagi, tetap dibeli, bahkan dinaikkan 17 kali lipat tetap dia akan beli. Kata Nabi beli berapun harganya, karena air waktu dulu sangat susah sehingga sangat bermanfaat.

Berbeda denga Umar ketika Umar sudah cape menghabiskan hartanya untuk sedekah ketika meninggal beliau tetap menyisakan 70ribu unit ladang yang nilainya sekarang nyampai triliunan. Dan masih banyak cerita keteladan nabi dan sahabat-sahabatnya.

Yap itulah sedikit kisah tentang kesuritauladan nabi dan sahabatnya yang mental kaya. Mereka kaya tapi tetap hidup sederhana. 

Itu Juga mengapa kita harus kaya, Ntar kalau kaya nanti hisabnya lama mas? (Nah ini pertanyaan pilihan yang salah seperti artikel saya sebelumnya Saya Bingung mau Bisnis apa? Pantas saja tidak berkembang). Ini juga yang ditanyakan ke mas Ippho, Mas Ippho jawabnya keren kurang lebih begini, Ya iya lama kalau dipakai hartanya untuk maksiat atau hal tidak baik. Coba dipakai sedekah seperti nabi dan sahabat-sahabatnya. Apa benar gara-gara kaya dan rajin sedekah nanti sahabat nabi akan masuk surga telat?

Jadi Apakah seorang Jago Jualan itu Jago Nawar, bahkan perlu sampai mau nangis pedagangnya? Jawabannya Tidak. Jika dilihat sudut pandang pembeli yang dikisahkan nabi dan sahabatnya bahkan sebagai pembelit tidak menawar kalaupun menawar harganya ditinggikan karena paham manfaatnya (Value-nya) barang dagangannya.(sudut pandang pembeli)

Jika diperhatikan Sahabat-sahabat nabi di atas adalah kebanyakan pedagang atau pengusaha sukses, Jadi walaupun pengusaha atau pedagang mereka tidak menawar bikin orang nangis. Karena paham pedagang atau pengusaha itu bukan jago nawar.

Lantas gimana?

Seorang Jago Jualan adalah orang yang pandai bisa menyampaikan Value (manfaat) barang dagangannya. Jadi bukan masalah harga tapi masalah Value yang penjual bisa yakinkah kepada konsumennya. Karena berapun harganya kalau tahu value (manfaatnya) pasti tetap dibeli seperti yang dilakukan nabi dan sahabat nabi. Sebaliknya jika value tidak tersampaikan seberapapun murah-nya tetap tidak akan laku.

Tawar-menawar bisa dikatakan mental miskin jika tidak pada tempatnya, Lantas kita tidak boleh nego? Boleh dong.. kita akan bahas diartikel selanjutnya. Bagaimana tawar-menawar mental kaya dalam bahasan teknisnya, yaitu diartikel Apakah seorang Jago Jualan itu Jago Nawar? Bagian 2… 

To be continue..

SHARE BERBAGI MANFAAT SILAKAN

0 komentar:

Post a Comment