Monday, November 9, 2015

Penyakit Prasangka dalam Bisnis: 22 kisah perempuan Indonesia menembus batas 5 benua

PRASANGKA, Ada sebuah buku yang baru-baru ini saya baca yang isinya 22 kisah perempuan Indonesia menembus batas 5 benua. Sekilas buku tersebut terlihat biasa dari covernya yang menurut saya kurang menarik. Tapi karena tergeletak di rumah begitu saja, Saya jadi tergerak sedikit untuk membacanya.

Setelah saya baca sekilas awal isi buku, saya menemukan sesuatu yang beda yaitu bersifat realitas di buku tersebut yang membuat saya tertarik untuk terus membacanya. Suatu realitas yang jujur yang berbeda saya suka dengar ceritanya bagi mereka yang tinggal di luar negeri atau kisah-kisah romantis di novel atau film.

Jalan-jalan menikmati kota modern, cuaca yang romantis, salju yang indah, hidup yang mewah karena bersuami bule. Membuat orang-orang iri dan kadang-kadang membuat orang lain atau tetangga tak sungkan untuk meminta oleh-oleh darinya bahkan meminjam uang karena disangka banyak uang tinggal di luar negeri dan ini menjadi stereotype atau menjadi pandangan pada umumnya.

Dari kisah 22 perempuan yang menembus  5 benua ini bermacam-macam pekerjaan dan tujuaanya tinggal di luar negeri. Ada yang menjadi pekerja asisten rumah tangga hingga wanita karir yang mengejar impiaanya atau hanya sekedar ikut suaminya yang bule.

Realitas hidup diluar negeri ternyata tidak seindah di film-film holywood, budaya, bahasa dan iklim menjadi kendala bagi orang asia khusus dicerita ini wanita Indonesia.

Budaya yang teratur dan tepat waktu sangat dijungjung disana sehingga sangat membuat kulturshock bagi orang indonesia yang pakai jam karet. Saking teraturnya, membuat SIM (Surat ijin mengemudi) disana bisa dibilang cukup sulit, test yang dijalani seperti test tertulis dan tes lapangan benar-benar dijalani yang bisa menyita waktu banyak karena kita perlu kursus dulu biasanya. Berbeda dengan di Indonesia yang seharipun bisa jadi apalagi kalau nembak, beh cepatnya, Semacam formalitas saja.

Iklim yang romantis seperti keren bisa maen salju, pada kenyataannya orang-orang asia akan menggigil ketika dihadapkan pada cuaca tersebut, jangankan maen salju tinggal dirumah berlapis selimut biasanya masih menggigil. Lupakan deh seperti di film-film yang terlihat menyenangkan saat maen salju.

Selanjutnya kendala bahasa, Walaupun kita bisa bahasa Inggris jangan harap itu memudahkan bisa berlaku di semua negara Eropa karena hanya sebagian saja yang hanya menggunakan bahasa Inggris. Banyak yang terkendala karena mereka mau tak mau harus mengusai bahasa setiap negaranya seperti jerman, denis, jepang dan lain sebagainya.

Kebanyakan setiap negara Eropa biasanya menganjurkan harus bisa mengusai bahasa mereka bagi pendatang yang mau menetap (ikut suami) agar bisa bekerja disana. Biasanya ini  juga menjadi salah satu syarat agar bisa tinggal disana dengan suaminya. Untunglah negara-negara eropa biasanya mereka menyediakan kursus gratis bagi pendatang, sehingga pendatang biasanya harus mengikuti kursus dulu selama 6 bulan agar bisa bekerja dan tinggal disana dengan suaminya.

Salah satu keuntungan lainnya hidup di beberapa negara eropa biasanya hidup terjamin, biaya pendidikan dan kesehatan semuanya gratis. Tapi setiap ada keuntungan ada konsekuensi yang harus dibayar, gajih mereka dipotong hampir 50% , untuk biaya pajak kesehatan dan pendidikan.

Sehingga hidup di Eropa membuat harus berhemat alias harus bisa hidup susah payah, Biaya untuk pembantu rumah tangga sangat mahal jadi jangan heran semua pekerjaan rumah tangga dikerjakan sendiri oleh mereka.

Selain itu istri pun biasanya harus dianjurkan ikut membantu dalam bekerja karena jika suami saja yang bekerja bisa kewalahan karena memang biaya tinggal di Eropa cukup mahal. Kendalanya Orang Indonesia atau orang asing akan cukup mengalami kesulitan mendapatkan pekerjan jika tidak bisa bahasa mereka.

Hidup di Eropa katanya modern, iya mungkin itu berlaku bagi mereka yang dipusat kota, kenyataan kebanyakan mereka harus tinggal di desa yang penduduknya bisa dihitung jari bahkan ada jarak antar tetangganya yang nyampai 3 Km.

Untuk belanja saja biasanya hanya ada 1 supermarket di setiap kota dan itu biasanya mahal, membuat orang-orang jadi malas belanja, selain jauh, mahal apalagi jika tidak punya SIM. Seperti terjebak di tempat asing sendirian mau tak mau biasanya mereka memanfaatkan untuk membuat masakan sendiri.

Salah satu skill yang hampir sama membuat ke 22 wanita tersebut semakin terasah adalah kemampuan masaknya, apalagi ketika kangen Indonesia hanya bisa melampiaskan membuat masakan indonesia yang bahannya pun sulit didapatkan, jadi bisa dibilang menemukan makanan asia jadi harta karun disana, biasanya mereka berkebun sendiri untuk bisa mendapatkan bahan tersebut. Tapi kadang cuaca jadi kendala juga, mengajarkan mereka tentang kesabaran dan kemandirian.

Selanjutnya perbedaan budaya yang menjadi kendala ketika tinggal di luar negari. Biasanya negara dekat kutub  budayanya dingin atau low kultur alias tidak suka basa-basi, ketika berpapasan dengan orang yang dikenal pun biasanya tidak saling senyum apalagi sapa, mirip tidak pernah ketemu. Membuat orang-orang Asia menjadi shock kulter, mereka pikir mereka tidak suka dengannya karena tidak menegur padahal kemaren ngobrol, padahal kerena memang budayanya seperti itu.

Itulah sedikit realitas hidup di luar negari yang 22 perempuan Indoneia alami secara garis besarnya. Kita terbiasa berprasangka, padahal itu hanya prasangka, bukan realitas, hidup di luar negeri tidak seindah dan semewah di bayangakan seperti di Film.

"Rumput tetangga lebih hijau dari rumput rumah kita padahal belum tentu bisa jadi itu rumput sintetis"

Begitu juga bisnis, Seperti halnya cerita di atas, kita sering berprasangka bisnis orang terlihat mudah dan keren, padahal Tidak ada cara cepat menjadi sukses, yang ada lebih cepat menjadi sukses atau percepatan istilahnya. Setiap bisnis sama, ada kesulitan dan kemudahannya masing-masing sesuai dengan karakter pribadi orang.

Mungkin tipe D (Bisa Baca tipe-tipe orang di buku 30 Hari jago jualan) akan mudah di tahap awal bisnis tapi mungkin akan kesulitan di sistematis perusahaan sebaliknya tipe S atau mungkin akan lebih mudah di sistematis dan akan kesulitan di penjualan

Didalam kesuksesan selalu ada kerja keras dibelakangnnya jadi Jangan hanya tiru ilmu yang pengusaha sukses berikan tapi tiru juga apa yang mereka telah lakukan karena dibaliknya perjuangan dan kerja keras.

SHARE BERBAGI MANFAAT SILAKAN

0 komentar:

Post a Comment